Halo Kawan,
Kalian pernah mendengar istilah cerita inspiratif atau esai inspiratif itu? Esai sepanjang 2-3 halaman ini relatif mudah ditulis. Dan pengalaman pertamaku menulis di media dulu kebanyakan mengirimkan cerita inspiratif dan cerpen.
Apa sih cerita inspiratif itu?
Ya, itu sebutan untuk tulisan ala serial Chicken Soup For The Soul ala Jack Canfield yang super mega booming *lebaynyaa di zaman dulu kala, hehe. Kisahnya diambil dari kisah nyata penulisnya atau sumber lain, biasanya ceritanya mengandung hikmah dan menyentuh perasaan pembaca. Mungkin kisah perjuangan seorang ibu menyusui anaknya disaat ia bekerja menjadi pramugari, atau kisah perjuangan seorang TKW yang ingin jadi penulis. Kalau mengulik jenisnya, mungkin bisa disebut feature, mungkin ya?
Baca Juga: Kisah Nyi Menjemput Impian
Hanya saja kalau feature itu tulisan fakta dengan sentuhan kemanusiaan. Jadi, misalnya ada berita hardnews di media tentang kecelakaan pesawat terbang, maka feature-nya bisa berupa kisah kehidupan pilotnya yang terkenal suka bersedekah.
Redaksi media massa biasanya menerima naskah kiriman pembaca berupa kisah inspiratif selain cerpen dan puisi. Majalah yang menerima tulisan sejenis ini misalnya Femina untuk Rubrik Gado-Gado. Kita juga bisa mengunggah tulisan esai inspiratif ini di blog atau platform buku daring seperti Storial dan lainnya.
Saat ini, kembali ramai pengumpulan tulisan untuk buku antologi atau omnibus yang diadakan berbagai komunitas dan grup penulisan. Sehingga penulisan esai ini kembali mendapat tempat di hati pembaca. Ya, naskah yang dibutuhkan oleh panitia audisi buku antologi biasanya cerita berbentuk tulisan ala Chicken Soup dan berdasarkan kisah nyata dan sesuai tema yang dibutuhkan mereka. Buku antologi terbaru yang sempat kuintip adalah kisah inspiratif para blogger perempuan yang diterbitkan oleh IIDN.
Apa saja sih yang perlu diperhatikan saat menulis esai ini? Yuk, kita bahas bersama-sama agar lebih tahu!
1. Cerita ala Chicken Soup ini agak mudah ditulis karena relatif cukup pendek. Untuk majalah, biasanya hanya 2-3 halaman saja. Untuk antologi, biasanya maksimal 8 halaman seperti cerita dalam buku-buku Asma Nadia. Tulisanku beberapa kali nongol di buku Mbak Asma seperti La Tahzan For Brokenhearted Muslimah, dll.
2. Selain itu, berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain. Jadi based on true story, nggak pakai mengkhayal seperti menulis cerpen. Walau, boleh saja dibumbui agar cerita lebih cantik atau nendang.
3. Ada pesan moral yang ingin disampaikan. Tapi, jangan too explicit.Nanti terkesan menggurui. Cerita Anak Kos Dodol sebisa mungkin ada pesannya misal jangan begadang, jangan malas, jangan nyontek, nanti bla bla..tapi ditulis dengan kocak biar menghibur dan nggak merasa diceramahi motivator hihi.
4. Kalimat pembuka atau judul, kudu menarik perhatian redaksi. Rajin latihan yuk, nulis pembuka yang seru. Misal untuk tema kesetiaan dalam rumah tangga. Bisa dimulai dengan pertanyaan: Apakah kamu yakin si dia setia? Kisah ini mungkin bisa menginspirasimu..atau bisa juga dimulai dengan angka statistik atau penelitian misalnya 75% suami tidak jujur kepada istrinya. Uhuy..jangan lupa riset dulu ya jangan asal tulis, hihi.
5. Hm..agar tidak monoton, tulisan kita sepanjang 7-8 halaman jangan ditulis begitu saja. Deskripsi melulu. Selipkan percakapan walau tidak banyak karena ini bukan cerpen. Tulisan bisa dibagi-bagi menjadi sub bab. Agar lebih enak dibaca. Penulisan seperti ini disukai oleh Mbak Asma Nadia untuk audisi buku antologinya.
6. Sesuaikan naskah anda dengan gaya bahasa redaksi/penerbit. Bukan berarti menghilangkan ciri khas tulisan teman-teman lho. Misalnya Rubrik Gado-Gado Femina ditulis dengan gaya jenaka dan ekspresif, memakai kata wanita dibanding perempuan, penerbit Gradien bahasanya kocak dan cenderung tabrak EYD asal tak berlebihan hehe. Jangan sampai tulisanmu yang bergaya formal naskah bak pidato kenegaraan dikirimkan ke penerbit yang menerbitkan cerita komedi, nggak nyambung :)
7. Setiap audisi menulis, tentu saja ada tema. Nah, misalnya tema curhat bunda, ASI, Long Distance Relationship dll. Kebayang kan, satu tema itu ditulis oleh puluhan bahkan ratusan peserta. Teh Lygia saat menjadi PJ A Cup of Teapernah mengeluh kenapa cerita mudik atau backpackeran yang dikirimkan peserta kok serupa?
Ya, tema yang diminta biasanya memang universal, bisa dialami semua orang. Tapii, jangan mau menulis cerita yang standar aja. Nanti, naskah kita terhempas naskah lain! Ya, Tuliskan cerita ngekos, cerita perjalanan ke Lombok, apa saja pengalaman kamu sesuai tema yang diminta panitia, dari sudut yang berbeda. Intinya ceritamu kudu unik, out of the box agar dilirik panitia, juri dan penerbit!
Misalnya nih, saat menulis untuk antologi LDR, aku menuliskan cerita Long Distance Relationship seorang kawan yang berjauhan dengan suami yang tugas di Jepang. Tiap jam makan suaminya, mereka online di Skype, berhadapan dengan makanan masing-masing dan makan bareng. Padahal, beda waktu Jakarta-Tokyo berapa jam ya? Hehe. Tapi, cerita ini seru untuk ditulis.
Contoh lainnya adalah cerita Mbak Hartari di Rubrik Gado-Gado Femina beberapa tahun lalu.
Berkisah tentang lomba cerdas cermat Ibu-Ibu di RT. Para ibu panik dan belajar dari buku anak-anaknya. Pelajaran tentang pengetahuan umum dll. Pesimis bakal menang karena merasa tidak berpendidikan tinggi. Tapi, apa yang terjadi? Pertanyaan lomba malah seputaran lingkungan mereka. Misalnya Pak A anaknya berapa? Siapa yang tinggal di blok ini? Hihihi. Seru. Dan menarik perhatian redaksi untuk dimuat.
Baca Juga: Ruang Aksara Mendadak Ide
8. Ide dari mana saja. Buka mata buka telinga. Baca status medsos orang sering kulakukan hehe dan kulakan ide cerita di Twitter dan Instagram, catat curhatan teman, dari buku, film dll.
9. Jika menuliskan pengalaman orang lain, usahakan identitas seperti nama, daerah tinggal, pekerjaan dll disamarkan. Walaupun kita sudah minta izin menuliskan ceritanya kepada empunya cerita, ya. Lebih aman dan nyaman disamarkan saja.
10. Menulislah sepenuh hati, tulisan yang ditulis dengan sepenuh hari niscaya akan sampai ke hati pembaca.
11. Taat pada satu alur, karena ini bukan cerita bersambung atau novel dengan tokoh dan plot rumit, hehe. Jangan keasyikan bercerita. Cukup stay to the topic apa yang menjadi topik dalam cerita kalian? Fokus!
12. Kudu tega mengedit naskah kita. Buang, potong, boleh dan kudu! Kebiasaan penulis baru selain mengeluh nggak ada ide, adalah kadang suka ngalor-ngidul dalam menceritakan suatu topik di naskahnya. Ingin bercerita tentang A, eh mlipir dulu ke B dan C! Pembaca jadi bingung, sebenarnya si penulis ingin menulis tentang apa sih? Hehe. Ingat, Naskah panjang belum tentu keren. Baca berulang kali, apakah tulisan kita enak dibaca? Fokus pada tema? Atau masih ngalor-ngidul?
Bagaimana, sudah bisa menuliskan ceritamu? Ingin belajar lebih banyak lagi? Yuk, gabung di Kelas Menulis Ruang Aksaraku. Tertarik ingin belajar menulis? Jika kamu, atau grupmu ingin belajar menulis atau ngeblog baik secara daring atau tatap muka, yuk kami bantu dengan mentor dengan berbagai tema penulisan. Jadi, Tunggu informasi kelas menarik lainnya, ya!
Untuk informasi Kelas Menulis Ruang Aksara:
Dewi Rieka @dedew_writer
WA : 0821-3776-2809
E-mail: kelasruangaksara@gmail.com
Ig : @ruangaksaraku
Sumber Foto: Pexels.com