"Abah, ini seram sekali ya! Neraka perdagangan Indonesia surplus," kataku suatu hari menunjukkan koran yang kubaca.
Abah mengernyitkan kening, membaca judul berita yang kutunjukkan.
"Oh, ini neraca, bukan neraka!"
"Lho, kata Kak Lina, kata berhuruf C, dibaca K," protesku yang saat itu kelas 1 SD.
"Itu kalau kata bahasa Inggris, ini kan bahasa Indonesia, Teh!" abahku terbahak, mengelus kepalaku.
![]() |
Inilah Cerita Kami Mencintai Buku |
Ya, aku lancar membaca sejak usia TK dan sejak itu aku kutu buku. Segala macam buku kubaca termasuk novel fantasi yang tebalnya ratusan halaman milik kakak sepupuku. Orang yang berjasa mengenalkan buku dan menumbuhkan budaya membaca padaku dan kedua adikku adalah Abah, ayahku. Aku ingat, waktu masih SD di Makassar, kami berlangganan majalah Bobo dan Donal Bebek. Bayangkan, gaji pegawai negeri yang serba pas tapi Abah mengizinkan kami berlangganan dua majalah. Wow, mewah, ya!
Setiap hari Kamis, hari terbitnya Bobo, aku dan adikku yang selisih usianya 2 tahun, menunggu daeng tukang koran dengan garap-harap cemas. Kalau anak lain idolanya adalah superhero dan anggota boyband, idolaku dan adekku adalah Daeng Gassing, pengantar koran, hihihi.
![]() |
Komik juga bisa jadi pilihan bacaan seru |
Pasti deh kami langsung berebutan kalau majalah barunya datang. Bahkan pernah majalahnya sampai robek dan harus diselotip. Kami berdua diomelin Mama, deh.Terus, Kami juga sering diajak ke toko buku untuk memilih buku dan komik sebagai hadiah kenaikan kelas, nilai bagus, khatam mengaji dan prestasi lainnya. Kami memiliki seabrek koleksi buku mulai dari Lima Sekawan, Smurf, hingga Lupus.
Minat kami pun berbeda. Aku suka novel, adik keduaku suka baca buku sejarah, dan yang bungsu penggemar komik. Rumah kami dulu seperti perpustakaan padahal Ayahku ASN dan tiap dua tahun pindah tugas. Kebayang hebohnya acara pindahan kami! Harta berharga kami adalah buku!
Buku Memperluas Wawasan Anak
Manfaat buku tidak perlu diceritakan lagi ya. Banyak manfaat membaca buku diantaranya membuka wawasan kita terhadap dunia luar. Dulu, saat anak-anak sekelasku suka merundung teman karena kulitnya yang gelap, atau matanya yang sipit, atau rambut teman yang cokelat, aku tidak ikut-ikutan.
Karena aku sering membaca novel tentang tokoh dalam buku yang berbeda ras dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda. Salah satunya adalah serial The Baby Sitter Club karya Anna M. Martin yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Penerbit Gramedia. Buku ini bercerita tentang klub pengasuh anak yang beranggotakan 5 anak dengan latar belakang berbeda. Ada Kristy Thomas, Claudia Kishi yang berdarah Jepang dan Jessi Ramsey yang keturunan Afrika Amerika.
Kami terbiasa berteman dengan orang yang berbeda agama, beda penampilan fisik, kebiasaan dan ada istiadat, apalagi kami hidup berpindah-pindah kota. Jadi, aku suka menasehati teman yang suka meledek itu walau kita berbeda suku, ras, bangsa tapi kita bersaudara. Haha gayaku songong banget, sudah kayak Smurf Kacamata saja ya!
Orang tua adalah Guru, Yang Digugu dan Ditiru oleh Anak
Pengalamanku, agar anak suka membaca tentu saja orangtuanya juga harus suka baca. Nggak mungkin kan, anak-anak kita paksa suka membaca tapi kita nggak pernah terlihat membaca buku? Anak kan meniru perilaku orangtuanya. Abahku penggemar buku. Ibu langganan majalah.
Karena itulah, sejak sebelum menikah aku sudah mengumpulkan buku bacaan yang lucu-lucu untuk bekal kelak aku berumah tangga. Aku ingin meniru kebiasaan Abahku pada kami, hehe. Anak-anakku akan punya perpustakaan mini di rumah.
Karena kebiasaan unik ini, aku sering diledek teman-teman. Sukanya beli buku anak kalau pergi ke pameran buku atau toko buku, untuk anak yang belum tahu wujudnya, calon pacar saja belum terlihat hilalnya, Hehe. Tapi, aku memang suka baca buku anak sih apalagi yang ilustrasinya cantik. Hiburan banget membacanya.
Mengakrabkan Anak dengan Buku
Jadi, Salah satu cara agar anak suka baca adalah dengan membiasakan anak-anak bergaul dengan buku. Letakkan buku-buku ditempat yang terjangkau anak. Biarkan mereka tertarik untuk membuka-buka buku dan menikmati gambarnya yang penuh warna.
![]() |
Baca buku elektronik lewat HP & Laptop juga bisa |
Pilih buku yang sesuai usia anak, jadi anak balita dibelikan board book atau buku dengan karton tebal, jangan buku dengan kertas biasa. Mamanya bisa menangis kalau bukunya disobek. Lebih parah lagi, beli buku bagus tapi disimpan di lemari terkunci, takut anak menyobeknya!Biasakan membaca buku cerita dengan anak sebelum tidur atau saat waktu luang. Perkenalkan mereka dengan cerita-cerita dongeng yang menggugah. Cerita anak bisa Ayah dan Bunda unduh di website Let's Read, Room To Read atau website PAUD Kemdikbud di internet. Tidak harus berupa buku fisik, e-book pun menarik untuk anak dan lebih go green.
Jika anak terbiasa berakrab-akrab dengan buku maka Insya Allah ia tetap akan mencintai buku hingga dewasa nanti. Walaupun nanti sudah mengenal YouTube, internet, dan berbagai game online. Membaca tetap jadi kebutuhan baginya.
Diskusikan Buku dengan Anak, Melatih Anak Berpikir Kritis
Mengajak anak berdiskusi tentang buku yang sedang dibacanya juga kebiasaan yang bagus agar anak terbiasa berpikiran kritis. Aku mengikuti cara ini dari temanku, Mas Ardie, kami sama-sama membangun Kelingan, Keluarga Literasi Ungaran. Sebuah komunitas belajar menulis di kotaku.
Mas Ardie terbiasa berdiskusi dengan kedua anak lelakinya yang kini SD dan SMP. Ketiganya terbiasa mengobrol tentang buku. Mereka memilih buku living book klasik seperti To Kill a Mocking Bird, Secret Garden dan Black Beauty.
Menurut Mas Ardie, Living books adalah buku yang mengandung ide-ide dan gagasan yang hidup. Asupan ide dari living books sangat diperlukan oleh anak supaya benaknya bertumbuh.
Mereka suka mengobrol tentang perilaku tokoh dan nilai-nilai yang mereka anut. Banyak pertanyaan seputar buku yang dilontarkan anak-anak Mas Ardie. Mengapa Atticus Finch membela seorang pemuda kulit hitam dalam buku To Kill a Mockingbird? Pertanyaan itu kemudian mereka gali bersama-sama lewat diskusi sembari ngeteh dan ngemil gorengan di teras. Asyik, ya?
Jadi, Seperti biasa, setelah Nailah dan Aldebaran membaca buku, mereka akan bercerita tentang kesannya terhadap buku itu. Biasanya Alde hanya berkomentar singkat kalau buku yang dibacanya seru atau tidak. Kalau Nailah beda lagi komentarnya.
"Cerita di buku ini seru Ma, tentang anak-anak cewek di sekolah berasrama, tapi aneh tokoh utamanya itu sempurna banget, serba bisa..jago tenis, jago matematika, jago pidato.." ia mengerutkan kening. "Kurasa ia keturunan wonder woman atau super girl,"
Aku terbahak.
Jadi, bukan tak mungkin, anak usia SD mampu melahap buku-buku tebal yang bermakna dalam, serta dianggap berat. Hal ini tergantung budaya literasi sebuah keluarga.
Buku Anak Harganya Mahal?
Salah satu tantangan orang tua dalam meningkatkan budaya membaca adalah harga buku yang cukup mahal di negara kita. Sebuah buku bersampul biasa dan ketebalan standar kini mencapai harga minimal 50 ribu rupiah di toko buku. Harga yang cukup tinggi untuk keluarga sederhana.
Hmm, sebenarnya banyak cara untuk menyiasati harga buku yang mahal. Jika buku menjadi kebutuhan seperti makanan dan pakaian, maka tidak ada kata mahal. Kita bisa menyisihkan uang untuk jatah beli buku setiap bulan. Mungkin setiap anak bisa membeli satu buku setiap bulan.Cara pertama, Dulu aku ikut arisan buku selama 10 bulan demi membeli sepaket buku ensiklopedi untuk anakku. Hehe, buku-buku ini awet dan dibaca bertahun-tahun tanpa bosan.
Cara kedua, kita bisa membeli buku di pameran buku. Di sana, buku-buku dijual dengan harga diskon bahkan obral. Jadi, kita bisa memborong buku anak untuk stok bacaan anak di rumah.
Cara ketiga, jadilah anggota perpustakaan di kotamu. Kita bisa meminjam buku kesukaan kita dengan gratis. Anak-anak bisa rutin diajak ke perpustakaan untuk membaca, lalu meminjam buku untuk dibawa pulang. Membaca Buku Anak Berkualitas
di Let's Read
Yang paling seru adalah cara keempat, mengajak anak membaca buku online di Let's Read. Melalui aplikasi Let's Read yang diunduh di Google Play Store, kita bisa membacakan buku-buku anak yang menarik cerita dan ilustrasinya pada buah hati kita. Let's Read Asia adalah sebuah program yang diinisiasi oleh The Asia Foundation untuk menyediakan buku-buku cerita bergambar yang berkualitas untuk anak-anak Asia secara gratis.
Di website dan aplikasinya, kita akan menemukan ratusan buku anak berilustrasi menarik dengan berbagai level sesuai usia dan kemampuan membaca anak. Jika kalian baca, buku-bukunya begitu menghibur, tidak menggurui dan bermakna dalam.
Biasanya, para orang tua khawatir dengan kualitas buku anak sehingga kita mengecek berulangkali sebelum memberikannya pada anak-anak. Berbeda dengan buku-buku di Let's Read, kualitasnya telah terjamin, baik dari segi cerita, penulis, hingga ilustrasi yang menarik.
Isi buku ceritanya pun sesuai dengan kemampuan dan tumbuh-kembang anak. Takkan ada isi buku yang berbahaya bagi anak seperti mengandung konten kekerasan, SARA, dan hal negatif lainnya. Kita tinggal memilih buku yang temanya sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak.
Cara Memilih Cerita di Aplikasi Let's Read
Sebelum memilih bacaan, pilih level bacaan dan juga bahasa buku bacaan. Ada banyak pilihan bahasa mulai dari bahasa Indonesia, Inggris, bahasa Minang, bahasa Bali, hingga bahasa Arab dan India!
Untuk anak yang ingin memperlancar kemampuan bahasa asingnya bisa mengunduh buku yang berbahasa Inggris Buku ini bisa dibaca langsung di web atau kita unduh dalam bentuk PDF. Atau kita baca bukunya melalui aplikasi. Untuk yang bingung ingin membaca buku tema apa, anak-anak bisa memilih beragam tema yang ada. Mulai dari tema keluarga, persahabatann, berpikir kritis, problem solving hingga mighty girls. Dengan pengelompokan tema seperti itu, memudahkan kita untuk mencari bacaan yang cocok.
Sungguh, Ketagihan deh mengintip buku-buku yang tersedia di library karena ceritanya bagus-bagus dan ilustrasinya menarik sekali untuk anak. Jangankan anak, aku yang mamak-mamak saja naksir berat! Hehe.
Buku Favorit Anak-anakku di Let's Read
Buku Favorit kami adalah Duma Juga Bisa karya Ina Inong, penulis bacaan anak asal Serang, Banten. Bukunya bercerita tentang Duma, beruang kecil yang menginap di rumah neneknya.
Suatu hari, Nenek mengajaknya berpetualang keluar rumah. Nenek lincah memetik buah di pohon, melompati pohon tumbang, menyeberangi sungai dan memanjat pohon untuk mencari madu! Duma kagum sama Nenek dan berusaha menirunya. Ia yakin suatu hari bisa sehebat Nenek. Seru kan, ceritanya!
Penulisnya, Ina Inong adalah penulis berprestasi yang beberapa kali menang penghargaan buku anak GLN dari Kemdikbud RI. Ia juga anggota komunitas penulis buku anak terbesar di Indonesia, Grup Penulis Bacaan Anak. Jadi, buku-buku disini jaminan mutu ya!
Mengajarkan Toleransi dan Keragaman Budaya Lewat Buku Anak Berkualitas di Let's Read
Tak hanya penulis buku anak dan ilustrator dari Indonesia yang karyanya terbit di Let's Read, tapi juga banyak penulis dan ilustrator dari berbagai negara di Asia. Anak-anak akan akan membaca berbagai kisah dari negara lain, mengenal budaya dan adat-istiadat dari negara lain. Wawasan kita jadi terbuka, ya.
![]() |
Buku yang mengenalkan Jarit pada anak |
Seperti yang diceritakan di awal artikelku, Mengingatkan aku saat kecil membaca buku yang bertema keragaman budaya. Jadi, biasanya aku mencari buku-buku yang bertema toleransi serta keragaman budaya untuk anak. Anak belajar menerima perbedaan yang ada, tidak mudah memandang aneh orang yang berbeda di sekelilingnya. So, untuk mengajak anak mencintai buku dan gemar membaca, jangan lupa membaca cerita dalam aplikasi Let's Read bersama-sama. Jangan lupa unduh aplikasi Let's Read di Google Play Store, gratis! Habis Membaca, Terbitlah Menulis
Salah satu hal yang menarik tentang membaca adalah jika kita mengajak anak untuk cinta baca, biasanya ia akan tertarik untuk mulai menulis. Semacam satu paket yang menarik, ya.
Setelah anak suka membaca, beri ia buku tulis untuk diisi. Jika kita piknik sekeluarga ke Bandungan, minta anak menceritakan keseruan piknik hari itu di bukunya. Atau jika anak kesal dan marah tapi susah mengungkapkan perasaannya, ajak ia mengisi buku diarinya agar lebih lega.
Karena suka membaca buku, anak saya Nailah yang kini berusia 12 tahun jadi tertarik menulis cerita sendiri. Nailah menggemari buku seri anak Mamak Tere Liye dan Buku Sebuah Lorong di Kotaku karya NH. Dini. Nailah suka menulis pengalamannya dan mengunggahnya di blog sederhananya yaitu www.ceritanai.blogspot.com.
Kisah di dalam blog ini akan menjadi kenangan saat ia dewasa kelak. Kesukaan menulis sejak dini akan menjadi bekal yang berharga untuk masa depannya kelak.
Alhamdulillah, beberapa karyanya masuk buku antologi penerbit Mizan dan Indiva. Cerpennya juga diterbitkan di beberapa majalah. Tahun lalu, Nailah berangkat ke Jakarta mewakili Kabupaten Semarang untuk ikut lomba menulis cerpen tingkat nasional FL2N 2019.
Berikut ini adalah salah satu cerita karya Nailah tentang kegemaran membaca yang ditulis saat kelas 2 SD sekitar tahun 2015 dan sempat kuposting di blognya, hehe.
Pada zaman dahulu kala, ada Putri yang suka kentut. Dia tidak suka baca buku. Setiap hari dia kentut maksimal 100 kali sehari. Makanya, si Putri ketut selalu mengurung diri di kamar. Dia malu.
Pada suatu hari, ada teman baiknya yang suka membaca buku. Sekarang, Putri Kentut suka membaca buku juga. Akhirnya, ia ke perpustakaan sekolah dan saat lagi mengambil buku, dut..dut. Dia terus kentut sampai 100 kali. Dan setelah selesai kentut, teman-teman putri kentut semuanya pingsan. Gara-gara bau. Tamat.
Duh, maaf agak jorok ya, hehe.
Jadi, mari mengajak anak, mengakrabkan anak dengan kegiatan membaca dan menulis sejak dini. Biarkan anak merasakan kegembiraan membaca buku sehingga kelak tergerak untuk menuliskan kisahnya sendiri.